Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, para orang tua kini dihadapkan pada tantangan baru, bagaimana mengatasi kecanduan gadget yang mulai mengancam keseimbangan sosial dan psikologis anak-anak. Di tengah situasi ini, Achmad Irfandi, pemuda asal Dusun Bendet, Desa Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo, mengambil langkah nyata dengan mendirikan gerakan Kampung Lali Gadget (KLG) pada tahun 2018. Melalui gerakan ini, Irfandi mengajak anak-anak di desanya, dan masyarakat luas, untuk mengurangi ketergantungan pada gawai dan kembali menikmati permainan tradisional serta kearifan lokal.
Berawal dari Keprihatinan: Kampung Lali Gadget Didirikan
Irfandi, kelahiran 1993, tumbuh di Desa Pagerngumbuk, di mana dulu suara tawa anak-anak yang bermain bersama selalu mengisi suasana. Namun, pemandangan ini perlahan menghilang, tergantikan oleh anak-anak yang asyik menatap layar gadget. Pandemi COVID-19 memperburuk kondisi ini, karena anak-anak semakin terbiasa dengan perangkat digital, baik untuk belajar maupun hiburan. Rasa prihatin Irfandi semakin dalam, hingga ia memutuskan untuk bertindak dan menghadirkan kembali kebahagiaan masa kecil yang bebas dari gadget.
Kampung Lali Gadget: Tempat Bermain dan Belajar dengan Gembira
Kampung Lali Gadget tidak hanya menyediakan ruang bermain, tetapi juga menjadi gerakan sosial yang melibatkan komunitas setempat. Di sini, anak-anak dikenalkan kembali pada permainan tradisional seperti gobak sodor, congklak, dan lompat tali, yang bukan hanya seru tetapi juga membantu mengasah keterampilan sosial dan motorik. Dengan dukungan para pemuda desa, program Minggu Bermain dan Edukasi Dolanan rutin digelar, menarik minat anak-anak hingga ke luar daerah Sidoarjo.
Selain permainan, KLG juga membentuk Jaringan Kampung Layak Anak untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak. Masyarakat desa didorong untuk mendukung inisiatif ini, agar desa mereka menjadi tempat yang layak untuk pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.
Dukungan Luas dan Respons Positif
Gerakan KLG mendapat dukungan positif, bahkan dari tokoh publik. Artis seperti Luna Maya mengunjungi kampung ini dan turut mendukung melalui kampanye donasi untuk membangun Museum Dolanan Rakyat Indonesia. Dukungan ini memberikan dorongan lebih bagi Irfandi dan timnya untuk terus mengembangkan gerakan yang kini sudah dikenal luas.
Kampung Lali Gadget juga menjadi solusi bagi orang tua yang resah dengan anak-anak yang kecanduan gadget. Anak-anak yang datang terlihat antusias dan bahagia bermain bersama teman-temannya, tanpa merindukan gadget.
Pengakuan dan Penghargaan
Kerja keras Irfandi dan tim diakui dengan penghargaan bergengsi. Pada 2021, KLG dianugerahi Satu Indonesia Awards dari Astra atas dedikasinya pada pembangunan masyarakat. Tahun ini, mereka juga menerima SDGs Action Awards 2024. Penghargaan-penghargaan ini tidak hanya menjadi simbol pencapaian, tetapi juga pengingat bahwa kearifan lokal masih relevan dan penting di era digital ini.
Harapan untuk Masa Depan
Kampung Lali Gadget membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil. Melalui permainan tradisional, anak-anak dibekali nilai gotong royong dan interaksi sosial yang penting untuk perkembangan mereka. Irfandi berharap gerakan ini bisa menginspirasi kampung-kampung lain di Indonesia, menciptakan ruang serupa agar generasi masa depan tumbuh bahagia dengan kearifan budaya yang lestari.
Dengan semangat Bersama, Berkarya, Berkelanjutan, KLG menjadi simbol harapan akan masa depan anak Indonesia yang lebih sehat dan bahagia, terbebas dari ketergantungan gadget, dan siap tumbuh di dunia nyata dengan kekayaan budaya lokal yang lestari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar