Di era modern ini, di mana sains dan teknologi telah meraih kemajuan luar biasa, penyakit kusta masih tetap menyisakan misteri dan stigma yang menggelayuti. Kusta, atau dikenal juga sebagai lepra, bukanlah sesuatu yang hanya ditemukan di buku sejarah, melainkan penyakit yang masih menyentuh nyata kehidupan manusia hingga saat ini. Namun, pengetahuan tentang kusta sering kali terhempas oleh stigma dan mitos, menciptakan dinding ketidakpahaman yang perlu dipecahkan.
Peringatan Hari Kusta Sedunia yang diadakan
setiap minggu terakhir bulan Januari bukan semata peringatan tanpa tujuan. Kegiatan
ini dilakukan untuk memberikan edukasi pada masyarakat dunia bahwa penyakit
kusta masih ada hingga sekarang.
Indonesia Peringkat ke 3 Penyakit Kusta Terbanyak
di Dunia
Fakta yang harus kita ketahui adalah saat ini jumlah
penderita kusta Indonesia menduduki peringkat nomer 3 di Indonesia. Untuk itu
perlu diadakan edukasi dan sosialisasi yang konsisten di tengah masyarakat agar
stigma dan mitos penyakit kusta bisa dihilangkan dan menumbuhkan kesadaran dan gerakan
agar Indonesia segera bebas kusta.
Untuk menjadikan Indonesia bebas kusta, diawali
dengan program sosialisasi kusta kepada semua generasi melalui Acara Ruang
Publik KBR yang dipersembahkan oleh NLR Indonesia pada tanggal 30 Januari 2024.
NLR Indonesia adalah sebuah yayasan nirlaba dan non pemerintahan yang
memusatkan kinerjanya pada penanggulangan kusta dan konsekuensinya di
Indonesia. Acara Ruang KBR ini bisa disimak melalui siaran yang tersebar di 105
radio jaringan KBR di seluruh Indonesia. Bisa disaksikan live streaming melalui
website kbr.id, YouTube Berita KBR dan
NLR Indonesia.
Peringaran Hari Kusta Sedunia 2024
Dalam Acara Ruang Publik KBR ini saya jadi tahu bahwa peringatan Hari Kusta Sedunia 2024 mengangkat tema: Unity, Act, and Eliminate. Acara yang keren ini dipandu oleh Rizal Wijaya, menghadirkan narasumber dari NLR Indonesia Bapak Agus Wijayanto MMID selaku Direktur Eksekutif NLR Indonesia dan Ibu Hana Krismawati, M.Sc, seorang Pegiat Kusta dan Analis Kegiatan (Pusat Sistem dan Strategi Kesehatan-Minister Office).
“Kasus kusta masih ada di Indonesia dan masih
ada di sekitar kita bahkan penderita kusta di Indonesia nomer 3 di dunia,
bahkan penggiat Kesehatan juga masih ada yang belum tahu. Tema peringatan Hari
Kusta tahun ini adalah Unity, Act and Eliminate.
yang ingin disampaikan karena kita ingin sekali benar-benar mengeleminasi kusta
ini dari negara kita. dan juga menjadi semangat global untuk membantu para
penyandang kusta untuk sembuh dari sakitnya dan kemudian mengeleminasi kasus
kusta secara global,” demikian dituturkan oleh Ibu Hana.
Sementara itu Bapak Agus Wijayanto mengatakan bahwa
“Ketika kita ingin menjadikan Indonesia bebas kusta, kita tidak bisa sendirian.
Upaya ini harus dilakukan bersama-sama dan melibatkan semua pihak. Kemenkes
berperan, pemda berperan, masyarakat juga berperan. Harapannya jika semua pihak
bisa bekerja sama menangani kasus kusta dengan serius di Indonesia, maka
minimal 2040 Indonesia bisa bebas kusta!”
Pak Agus juga menyampaikan bahwa masyarakat bisa
berpartispasi dengan menyebarkan fakta-fakta terkait kusta. Dengan begitu Masyarakat akan teredukasi
sehingga bisa menghapus sitgma tentang kusta yang sudah melekat di masyarakat
yang sangat merugikan penderita kusta maupun Orang Yang Pernah Mengalami Kusta
(OYPMK).
Apa Itu Penyakit Kusta?
Penyakit kusta adalah infeksi bakteri kronis
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini dapat
memengaruhi kulit, saraf, dan bagian tubuh lainnya. Meskipun kusta dapat
diobati dan disembuhkan dengan pengobatan yang tepat, stigma sosial yang
melekat padanya sering kali lebih sulit diatasi.
Ciri-Ciri Penyakit Kusta
Ciri-ciri penyakit kusta melibatkan perubahan
pada kulit dan sistem saraf. Beberapa tanda dan gejala yang umumnya terkait
dengan kusta meliputi bercak kulit yang kehilangan sensasi, pembengkakan saraf,
serta kerusakan pada mata, hidung, dan laring. Penderita kusta mungkin
mengalami kehilangan rasa sakit, panas, dan sentuhan di area tertentu.
Stigma dan Mitos yang Mengelilingi Kusta
Meskipun kusta dapat diobati dan penderita yang
menjalani pengobatan yang tepat tidak lagi menularkan penyakit ini, stigma
sosial masih sering kali menyertai penderita kusta. Mitos yang mengelilingi
kusta menciptakan ketakutan yang tidak rasional di kalangan masyarakat. Salah
satu mitos yang masih bertahan adalah bahwa kusta adalah kutukan atau hukuman
atas dosa-dosa tertentu.
Stigma ini juga tercermin dalam sejumlah mitos
lainnya, seperti keyakinan bahwa kusta hanya menyerang orang-orang yang kurang
bersih atau bahwa penyakit ini tidak dapat diobati. Mitos-mitos semacam ini
hanya menyulitkan upaya untuk memberikan dukungan dan perawatan kepada
penderita kusta, serta menciptakan lingkungan yang tidak ramah bagi mereka yang
telah sembuh.
Dalam perjalanan menuju pemahaman yang lebih
baik tentang kusta, perlu kita hancurkan tembok stigma dan mitos yang telah
terbangun selama bertahun-tahun. Mengetahui kusta dengan informasi yang akurat
dan pandangan yang lebih empatik, kita dapat membantu mengakhiri
ketidaksetaraan dan mendukung penderita kusta menuju pemulihan dan reintegrasi
sosial yang penuh martabat.
Oke teman-teman demikianlah sharing saya
tentang Acara Ruang Publik KBR Peringatan Hari Kusta Sedunia 2024, semoga apa
yang saya sampaikan bisa memberikan insight baru sehingga kita semua bisa
bergandengan tangan membebaskan Indonesia dari kusta sesegera mungkin, aamiin.
tetap semangat dan jangan menyerah :)
BalasHapus