Siapa sih yang belum pernah ke Bali? Pasti semua orang sudah berwisata ke sana kan? Kalau ada yang belum berarti satu nasib dengan saya dong.
Keinginan traveling ke Bali sudah ada sejak saya duduk di bangku SMA. Biasa akhir tahun pelajaran kelas tiga, ada program wisata yang tujuannya ke Bali. Namun karena tragedi kecelakaan di Paiton dulu itu, programnya dihapuskan yang artinya saya gagal pergi wisata ke Bali.
***
Kesempatan untuk pergi ke Bali pun akhirnya terwujud. Berawal dari tawaran teman untuk ikutan trip dengan harga terjangkau, saya pun jadi tertarik dan gak melewatkan kesempatan tersebut.
Sebenarnya cerita pengalaman ini sudah dua tahun lalu, tepatnya bulan Juli namun saya baru sempat menceritakannya sekarang.
Selain ini menjadi impian sejak dulu, kepergian ke Bali jadi semacam obat dari luka batin yang sempat saya alami. Kalau istilah zaman sekarang, healing hehe
Membayar Uang Muka
Sebelum memutuskan ikut trip, saya sudah memberitahu suami dan izin terlebih dahulu. Awalnya berat ya mau mengizinkan tapi setelah melalui beberapa pertimbangan akhirnya saya diizinkan ikut tripnya salah satunya karena saya pergi dengan teman yang sudah dikenal baik dengan suami. Jadi bukan pergi sendiri gitu.
Izin sudah saya kantongj, kemudian saya diminta untuk bayar uang muka sebagai syarat mengikuti trip sekaligus booking seat. Untuk pelunasannya nanti mendekati waktu keberangkatan.
Biaya trip ke Bali berangkat dari Malang sebesar Rp. 850.000, menurut saya ini termasuk murah karena bisa dilihat dari destinasi wisata yang akan dikunjungi termasuk ke Nusa Penida.
Persiapan Packing
Menunggu hari H keberangkatan rasanya sudah tidak sabar lagi. Ada perasaan campur aduk antara senang juga pusing mikir persiapan packing. Berapa baju yang harus saya siapkan, hari keberangkatan pakai baju apa, hari pertama sampai di Bali pakai baju yang mana. Sungguh urusan packing baju ini rasanya dua hari gak selesai-selesai padahal perginya cuma 3 hari.
Selain baju yang sudah ada, saya sempatkan beli baju baru rencananya saya pakai pas keberangkatan hari H.
Tadinya sempat bingung mau pakai tas ransel atau koper, mengingat cuma berangkat sendiri kan. Tapi mempertimbangkan praktis dan keamanannya, saya memilih pakai koper yang bisa digeret biar gak capek ketimbang tas ransel yang harus digendong. Ya, sedikit menghemat tenaga kalau koper karena tinggal geret aja sudah ada rodanya, bongkar pasangnya pun jauh lebih mudah.
Meeting Point Di Depan Stasiun Kota Malang
Saat booking seat kursi saya memilih duduk dengan Anin, anak teman yang mengajak trip ini Mbak Erni. Sejak awal di grup khusus trip sudah disampaikan kalau meeting point kumpulnya di depan Stasiun Kota Malang jam 1 siang selepas sholat Jumat.
Tapi apa yang terjadi? Bus yang sudah dibooking ternyata datang terlambat. Padahal saya sudah siap-siap lebih awal buat di antar ke tempat meeting point karena takut terlambat terus ditinggal.
Keterlambatan bus cukup lama ya, sehingga hal itu memotong waktu perjalanan karena masih harus menjemput beberapa peserta di meeting point berikutnya yaitu di daerah Karanglo sebelum masuk tol dan pintu keluar Terminal Purabaya Surabaya.
Alhamdulillah perjalanan menuju Surabaya lumayan lancar kemudian langsung menuju perjalanan ke Bali melalui darat dan menyebrang menggunakan kapal ferry.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar