Pandemi yang masih belum berakhir sampai sekarang, menyisakan kenangan tersendiri bagi saya sekeluarga. Siapa saja memang bisa terjangkit virus Corona, termasuk keluarga kami. Suami saya yang sudah menjalani vaksin Covid dosis 1 akhirnya disapa juga oleh virus ini pada bulan Agustus 2021. Entah suami (Papa Ihwan) tertular virus Covid dimana, padahal selama 2 minggu ke belakang kami tidak ada agenda keluar kota. Bahkan dia juga menjalani WFH sehingga kami sempat bingung dan heran kok bisa tertular.
Seingat saya, aktivitas Papa
Ihwan seminggu sebelum gejala itu muncul itu kebanyakan
di rumah. Dia memang beberapa kali keluar yaitu pergi belanja ke supermarket, mengantar
saya ke toko sepatu, belanja hadiah untuk keponakan yang baru lahir di toko
perlengkapan bayi dan terakhir dia sholat Jumat di masjid dekat rumah. Kemungkinan suami tertular dari salah satu tempat
yang dikunjungi tersebut.
Papa Ihwan sempat mencoba mengobati gejala yang
dirasakan dengan obat yang dijual bebas. Tapi karena sampai 4 hari demam tidak
kunjung sembuh bahkan suami mengalami anosmia di hari kedua, akhirnya suami
melakukan tes SWAB Antigen dan hasilnya positif. Karena suami positif maka saya
dan anak-anak harus menjalani tes SWAB juga untuk memastikan apakah kami
tertular juga atau tidak. Dari tes SWAB ternyata anak kedua, Aira positif. Sedangkan
saya dan anak pertama, Aiman negatif.
Papa Ihwan dan Aira akhirnya menjalani isolasi di
safe house. Karena saya ada gejala maka kami diharuskan menjalani tes PCR dan
ternyata hasilnya di luar dugaan. Saya tetap negatif padahal sempat ada gejala
sedangkan Aiman malah positif, rupanya dia termasuk dalam golongan OTG. Singkat
cerita, Aiman akhirnya menyusul isolasi di safe house. Mereka bertiga menjalani
isolasi selama kurang lebih 17 hari dan setelah tidak ada gejala mereka pun diijinkan
untuk pulang.
Dinyatakan sudah selesai menjalani isolasi dan sembuh dari Covid 19 |
Setelah sembuh dari Covid, tentunya mereka tetap
harus menjaga kesehatan agar bisa benar-benar pulih 100 persen dan tidak tertular
virus untuk kedua kalinya. Dari pihak safe house membekali dengan suplemen
makanan yang mengandung vitamin B Kompleks. Selama menjalani isolasi di safe, Papa
Ihwan juga meminum vitamin B Kompleks secara rutin.
Vitamin B kompleks, terdiri dari delapan jenis
esensial yang berbeda, termasuk B-2 (riboflavin), B-6 dan B-12. Vitamin B tidak
hanya membantu membangun dan memelihara sistem kekebalan yang sehat, tetapi
juga berpotensi mencegah atau mengurangi gejala Covid-19 atau mengobati infeksi
SARS-CoV-2. Jadi Vitamin B Kompleks tetap harus dikonsumsi untuk menjaga daya
tahan tubuh pasca sembuh dari Covid 19.
Selain lewat suplemen, sebaiknya kita juga
mendapatkan asupan vitamin B Kompleks dari makanan. Adapun beberapa makana yang
direkomendasikan antara lain daging merah, kacang-kacangan, susu, keju, brokoli,
bayam, alpukat, dan nasi merah. Alhamdulillah anak-anak menyukai susu, keju dan
brokoli sehingga saya tidak kesulitan untuk memenuhi kebutuhan vitamin B
Kompleks mereka semua.
Selain asupan vitamin B Kompleks, pasien yang sembuh
dari Covid juga sebaiknya melakukan beberapa hal lainnya seperti: aktif bergerak
dan rajin berolahraga, tetap rajin berjemur di pagi hari untuk memenuhi
kebutuhan vitamin D, menjaga kesehatan mental, tidur cukup setiap hari, tetap
menjalankan protokol kesehatan. Selain itu juga jangan ragu untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh (medical check up) untuk meminimalkan
risiko jangka panjang infeksi virus corona. Sampaikan seluruh keluhan yang kita
rasakan dan ikuti anjuran dokter agar tetap sehat setelah sembuh dari COVID-19.
Demikianlah sharing saya tentang pengalaman menjaga kesehatan setelah sembuh
dari Covid 19, semoga bermanfaat ya, aamiin.
Nah menjelang puasa apalagi masih di tengah pandemi kayak sekarang ini harus ekstra menjaga kesehatan dan membekali diri agar tetap terjaga sistem kekebalan tubuhnya. Gak boleh kalah sama COVID, nih.
BalasHapus