Mengenal Makanan Ramah Iklim ala Omar Niode Foundation
Pertama kali dengar istilah makanan
ramah lingkungan, reaksi saya tentu saja jadi penasaran. Secara selama ini
sebagai ibu rumah tangga yang sering masak di rumah jadi bertanya-tanya dong.
Apa makanan yang saya olah di rumah selama ini sudah ramah lingkungan belum ya?
Makanan yang ramah lingkungan seperti apa sih?
Menjawab rasa penasaran saya akan
makanan ramah lingkungan, mendapat kesempatan ikut webinar dengan tajuk “
Memilih Makanan Ramah Iklim +39 Resep Gorontalo” yang diadakan oleh Omar
Niode Foundatioan yang menghadirkan narasumber yang berkompeten. Acara
webinarnya sendiri diadakan pada hari Minggu, 14 Februari 2021 dimulai pukul
14.00-16.00 yang dipandu oleh Mbak Noni Zara, seorang culinary host sekaligus food
traveler.
Sebelum mengikuti acara tersebut saya
sempat keluar rumah guna mencari perabot rumah tangga sehingga gak berani
lama-lama. Takutnya nanti telat waktunya masuk zoom webinar dan pas jam 2 siang
begitu masuk acara sudah dimulai, sungguh tepat waktu rupanya. Pengalaman ikut
webinar beberapa kali molor dari jam yang sudah di jadwalkan.
Tentang Omar Niode Foundation
Mungkin sebagian ada yang belum
mengetahui mengenai Omar Niode Foundation ya, sama dong seperti saya dan melalu
acara webinar kali ini jadi lebih mengenalnya. Omar Niode Foundation merupakan
sebuah organisasi nirlaba yang dibentuk sejak akhir tahun 2009 yang berperan dalam
peningkatan kualitas sumber daya manusia, citra budaya dan kuliner nuasantara
khususnya Gorontalo, Indonesia dan mancanegara.
Pada kesempatan webinar kali ini Terzian
Ayuba Niode selaku Sekretaris Omar Niode Foundation menyampaikan beberapaa patah
kata. Bahwasannya Omar Niode Foundation telah melaksanakan beberapa kegiatan
dengan berbagai mitra di dalam maupun luar negeri. Kegiatan yang dilakukan
meliputi pertunjukan budaya dan icip-icip kuliner Gorontalo. Bahkan acara
tersebut diliput oleh 50 media cetak, elektronik dan blogger.
Selain itu
Omar Niode Foundation telah menerbitkan 15 buku, di antaranya Trailing the
Taste of Gorontalo yang meraih Gourmand World Cookbook Award, Best of the
Best 1995-2020 kategori Food Heritage
dan menjadi kontributor Bab Indonesia pada buku At the Table. Food and
Family around the World, yang juga memperoleh Gourmand Award.
Pada kesempatan
webinar ini juga sekaligus menerbitkan e-book “Memilih Makanan Ramah Iklim + 39
Resep Gorontalo”. Seperti yang disampaikan oleh Terzian Ayuba Niode melalui e-book
ini berusaha mengenalkan konsep makanan ramah iklim dan bumi dari berbagai
aspek terkait. Guna kedepannya makanan perlu diubah untuk masa depan yang sehat
bagi manusia maupun planet Bumi. Salah satu contohnya dengan mengurangi
konsumsi daging serta makanan yang lebih banyak diproses untuk kemudian lebih
mengarah ke makanan yang berbasis nabati.
Seperti
Apa Makanan Ramah Iklim?
Di kesempatan
kedua, waktunya Bu Amanda Katili Niode selaku Manager Climate Reality Indonesia
menyampaikan bahwasannya pangan dari hulu
ke hilir dimulai dengan produksi sampai dengan konsumsinya, limbahnya, menjadi
salah satu penyebab krisis iklim yang terjadi sekarang ini. Dampak yang
dirasakan mengakibatkan beberapa bencana. Namun pangan juga merupakan solusi
dari krisis iklim yang sedang terjadi.
Pada tahun
2020 saja sudah terjadi dampak dari krisis iklim seperti banjir di musim hujan,
kekeringan atau badai dan covid 19 yang dialami oleh 51,6 juta orang. Bisa jadi
bila krisis iklim ini kurang diperhatikan akan berdampak lebih besar lagi di
masa depan. Selama tahun 2020 saja sebanyak 2925 bencana yang sudah terjadi di Indonesia
dengan adanya banjir, tanah longsor dan angin puting beliung yang mendominasi.
Hal tersebut
terjadi karena kegiatan manusia yang berlebihan. Mulai dari pertanian,
pembakaran hutan, transportasi dll seperti yang tertera dalam gambar di bawah
ini. Semua itu tadi mengakibatkan mengeluarkan gas-gas yang banyak dan
mencemari lingkungan termasuk atmosfer bumi.
Sistem pangan
yang ada bisa mengakibatkan krisis iklim, sedangkan sistem pangan yang tidak
benar bisa berdampak pada krisis kelaparan dan krisis pandemi. Kalau berbicara
soal makanan pastinya kan semua senang. Karena makanan sebagai simbol
kehidupan, energi, keluarga, komunitas. Lantas bagaimana menyikapi krisis iklim
yang terjadi. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan lho. Jadi bisa dibilang
makanan ramah iklim itu makanan yang dari hulu ke hilir dan mampu mengurangi
dampak mulai dari proses pemilihan bahan hingga proses produksi sampai
dikonsumsi tidak merusak lingkungan.
Pemetaan
Kuliner Tradisional Nusantara
Kuliner tradisional
nusantara ada beragam jenisnya tapi untuk pemetaannya sendiri menurut Nicky Ria
Azizman selaku Ketua Sobat Budaya bisa dilihat dari ketersediaan kuliner yang ada apa saja. Ada 30 ribu kuliner yang bahkan satu kuliner butuh waktu lama
menghabiskannya.
Pemetaan dimulai
dengan basic menggunakan biologi evolusioner. Kuliner tersebut dilihat dari
kekerabatan. Terutama bila dilihat dari segi budaya, untuk informasi
selangkapnya bisa dilihat di website Sobat Budaya. Ada 70 ribu budaya yang
sudah dikumpulkan dan terdata dalam website mereka mulai dari alat musik sampai
kuliner.
Pemetaan kuliner
tradisional sendiri disampaikan dengan aplikasi yang dinamai Nusa Kuliner. Di situ
bisa dilihat keragaman kuliner tradisional misalnya kekerabatan jenis sambal
nusantara. Bahkan pedasnya sambal suatu daerah dengan daerah lainnya tidak
sama. Namun bisa dilihat dari kekerabatan jenis bumbu-bumbunya. Bila dilihat di
aplikasi dari pemetaan, bumbu yang muncul lebih menonjol sering digunakan
misalnya bawang merah, cabe dll. Namun di sisi lain ada bahan yang tidak semua
daerah memilikinya, misalnya andaliman hanya ada di daerah Batak, Sumatra Utara.
Salah satu bahan baku sambal andaliman.
Memilih Makanan
Ramah Iklim Khas Gorontalo
Negara Indonesia
ini memiliki ragam kuliner nusantara. Bahkan bisa dibilang setiap daerah
memiliki kuliner khasnya. Nah, kali ini Zahra Khan seorang Ahlli Teknologi Pangan, Pelaku UMKM,
Penyusun Resep akan memperkenalkan ragam kuliner yang ada di Gorontalo. Di daerah
sana kulinernya kebanyakan menggunakan bahan baku ikan. Di Gorontalo, terutama
di Teluk Tomini maupun perairan Gorontolo banyak ditemui ikan yang sering
diolah dengan cara yang unik seperti yang divisualisasikan dalam bentuk video
saat webinar.
Beberapa makanan khas Gorontalo yang namanya gak kalah unik
seperti Bilenthango, Gohu Putungo, Ilepa’o dan masih banyak lainnya. Kalau dilihat
dari prosesnya makanan Gorontalo tidak diolah dengan digoreng atau menggunakan
minyak. Biasanya lebih banyak dibakar atau direbus sebentar.
Di Gorontalo
lebih banyak mengonsumsi ikan dan sedikit sayur. Ya ada sih sayur namun
jenisnya tidak sebanyak di Jawa. Warga sana memanfaatkan sayur yang ada di
sekitarnya seperti jantung pisang dan bunga pepaya gantung yang makannya
dicampur dengan ikan. Ada tagline Orang Gorontalo kalau tidak makan ikan, tidak
makan. Menu yang ada di Gorontalo kalau didata ada banyak ragamnya dan ada
sedikit kemiripan dengan menu makanan di daerah lain namun tetap memiliki ciri
khas tersendiri.
Zahra Khan
bersama Bu Amanda Katili yang merespon
baik renacana penyusunan e-book ini berharap dengan penyusunan e-book makanan
ramah iklim resep kuliner Gorontalo ini bisa bercerita sedikit mengenai kuliner
Gorontalo. Dan memperkenalkan makanan yang ramah iklim. Makanan yang sehat
tidak harus mahal asal kita rajin berkreasi dan berpikiran menerapkan pola
hidup sehat.
Mengenal
Ragam Kuliner dari Sang Pakar Wiliam Wongso
Bagian ini
ini yang saya nantikan, secara siapa sih yang gak kenal pakar kuliner Wiliam
Wongso? Bahkan beliau pernah memperkenalkan kuliner rendang sampai keluar
negeri. Hal itu pula membuat Gordon Ramsay tertarik meliput budaya dan proses
memasak rendang.
Menurut beliau,
kita tidak bisa memperkenalkan makanan hanya dengan sekedar rasa. Karena bila
hanya dengan mengandalkan rasa, orang saat disajikan sebuah masakan akan
bereaksi biasa saja mungkin hanya mengatakan saya suka ini. Namun selanjutnya
akan lupa dengan rasa makanan yang disantapnya. Lain halnya bila masakan
diperkenalkan dengan embel-embel budayanya akan menjadi daya tarik dan
terbelalak. Sementara rasa itu merupakan hasil dari budaya.
Tanpa adanya
budaya, mana mungkin tercipta aneka kuliner dengan nama-nama unik khas daerah asalnya.
Beliau juga menceritakan proses pembuatan buku kuliner yang berjudul Flavors of
Indonesia.
Saat menu-menu
yang disajikan oleh Wiliam Wongso saya terkagum – kagum dengan plating-nya. Namun
menurutnya plating menu tersebut beliau bikin untuk disajikan tamu VVIP saja. Kalau
makanan rumahan sih gak perlu ya. Setiap bentuk menu yang disajikan tergantung
dengan presentasinya.
Dalam kesempatan
ini Wiliam Wongso juga menyampaikan dukungannya terhadap upaya pelestarian
kuliner nusantara seperti yang telah dilakukan oleh Omar Niode Foundation. Di era
sekarang yang sangat erat dangan sosial media, internet ada hal yang tidak dapat
dilakukan seperti googling rasa, tapi musti experience langsung. Tapi dengan
internet kita bisa menginformasikan budaya kuliner Indonesia yang beragam
sehingga orang tertarik untuk mencobanya.
“Dengan makin majunya peradaban kita tidak boleh mengabaikan budaya kuliner
Bangsa Indonesia. Selain melestarikan, kita wajib utk meningkatkan citra
Tradisi Kuliner Indonesia, agar bisa masuk dan dikenal dalam peta kuliner
dunia.” Ujar Wiliam Wongso.
Mengenal Lebih
Dekat Masakan Gorontalo bersama Olamita Resto
Pada sesi
ini Mas Ihsan Averroes Wumu
memperkenalan lebih dalam mengenai ragam kuliner Gorontalo yang dijualnya lewat
Olamita Resto. Hal tersebut dilakukan agar orang luar Gorontalo bisa mencoba
menu masakan Gorontalo di Jabodetabek. Restoran ini menyajikan masakan Gorontalo
mulai bulan Mei 2016 dan tetap bisa survive hingga sekarang.
Menurutnya menu yang disajikan dari Masakan Gorontalo memang
lebih banyak terbuat dari ikan. Ikan dari laut timur bisa dibilang sangat
sehat. Beda laut rasa ikannya pun beda. Sama halnya seperti yang disampaikan
Pak Wiliam, orang Kalimantan lebih suka ikan sungai, mereka gak suka makan ikan
laut.
Bagaimana
Upaya Kita Memilih Makanan Ramah Iklim
Kalau masyarakat
Gorontalo sudah berupaya melestarikan kuliner mereka yang ramah iklim,
semestinya kita pun bisa melakukannya. Ada banyak upaya dalam memilih makanan ramah
iklim termasuk juga dengan pemilihan bahan baku serta prosesnya. Kalau di Jawa
biasa menu yang lebih ramah iklim itu menu yang dikukus, misalnya nih menu
Botok.
Untuk membuat
botok banyak bahan yang bisa dipilih, jantung pisang pun bisa dibikin botok dan enak sekali lho. Proses memasaknya
tidak perlu memakai minyak karena hanya terdiri dari jantung pisang yang
direbus sebentar, bumbu dan dibungkus dengan daun pisang.
Ke depannya
saya akan berusaha memilih dan mencoba menu makanan yang ada di e-book Memilih
Makanan Ramah Iklim + 39 Resep Gorontalo sebagai pilihan menu sehari-sehari yang
disesuaikan dengan ketersediaan bahan di lingkungan rumah. e-book tersebut dapat diunduh secara gratis di sini .Atau bisa juga
memasak makanan dengan porsi yang cukup sehingga tidak sampai membuang makanan
yang tidak habis dimakan. Kalau di Jawa ada juga sih menu yang tidak habis
sekali makan masih bisa diolah atau makan lagi keesokan harinya.
menarik banget ya mbak ivone, makanan ramah iklim khas Gorontali itu sehat ya mbak
BalasHapuskarena banyak yg g digoreng,tetapi direbus