Pandemi terus berlanjut hingga kini. Kondisi ini juga membuat banyak perubahan dalam kehidupan. Misalnya tidak leluasa lagi untuk nongkrong di restoran favorit dengan teman, memerlukan persyaratan administrasi saat hendak bepergian hingga work from home demi terciptanya pencegahan optimal di sebuah komunitas, dalam hal ini lingkupnya perusahaan.
Namun, ternyata pandemi juga berpengaruh pada kondisi kesehatan masyarakat, termasuk yang awalnya sehat-sehat saja. Contohnya, banyak orang yang terkena masalah sistem pencernaan, salah satunya adalah Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) di masa pandemi.
GERD merupakan masalah yang terjadi karena adanya kenaikan asam lambung. Penyakit ini disebabkan oleh adanya kebocoran pada sfingter esofagus bawah (katup) sehingga dapat menjadi jalan meluapnya asam lambung menuju kerongkongan. Lantas, mengapa semasa pandemi banyak orang yang terkena GERD? Apa hubungannya?
Inilah sebab mengapa banyak orang yang terkena GERD semasa pandemi
Stres
Pandemi membuat sejumlah perusahaan menerapkan sistem bekerja jarak jauh atau bekerja dari rumah. Hal ini cukup efektif, terutama dalam mencegah terjadinya penularan COVID-19 di klaster perkantoran. Belum lagi jika karyawan bepergian dengan kendaraan umum, berada dengan banyak orang bahkan memiliki risiko berdesakan membuat penyebaran virus semakin berisiko.
Selain itu, pusat perbelanjaan dan wisata juga terpaksa harus ditutup untuk mencegah kerumunan. Juga dibatasinya makan di tempat pada restoran atau mongkrong lainnya. Hal ini memang sudah sewajarnya dilakukan oleh pemerintah karena kesehatan masyarakat adalah yang sangat penting untuk dijaga.
Namun, kedua kebijakan tersebut membuat sebagian orang menjadi stres karena bosan di rumah. Bagi orang yang terbiasa memiliki aktivitas padat, berdiam diri di rumah adalah hal yang sangat membosankan dan dapat memicu stres. Stres inilah yang akhirnya dapat memicu berbagai macam penyakit, termasuk sakit GERD.
Bagaimana stres berpengaruh pada asam lambung? Ketika stres menyerang, seseorang akan menjadi lebih sensitif terhadap asam lambung dan paparan asam. Memang belum ada data yang menunjukkan bahwa peningkatan asam lambung beriringan dengan naiknya tingkat stres seseorang. Meskipun demikian, ada penelitian yang menunjukkan bahwa stres membuat tubuh menjadi lebih rentan terkena penyakit serta lebih sensitif, termasuk terhadap peningkatan jumlah asam lambung yang tidak sedikit.
Pola Hidup Tidak Sehat
Jika seseorang terbiasa bangun pagi dan sarapan ketika harus berangkat ke kantor, pandemi bisa mengubah kebiasaan baik tersebut. Seseorang yang bekerja dari rumah akan merasa tenang jika bangun siang. Padahal, ia tak sempat lagi menyiapkan sarapan dan membeli makan sembarangan.
Makan siang yang bisanya sudah disediakan di kantor dengan menu sehat dan lengkap, di masa pandemi mengharuskan seseorang untuk membeli sendiri makanan apa yang akan disantapnya siang itu. Belum lagi jika ada promo dari pesan makanan online, junk food pun tak masalah selama perut kenyang sehingga dapat bekerja dengan fokus kembali. Padahal kebiasaan ini dapat memicu penyakit lain, seperti obesitas dan GERD. Kurangnya olahraga juga membuat lemak menumpuk sehingga menekan lambung dan memicu asam lambung naik hingga terjadilah GERD.
Jika kamu salah satu orang yang mengalami GERD semasa pandemi, tidak ada salahnya jika kamu mengonsumsi obat antasida, seperti promag. Obat antasida dapat menetralkan asam lambung sehingga dapat meringankan keluhan yang biasa terjadi ketika GERD menyerang. Minumlah sesuai dosis dan aturan pakai. Jangan lupa tetap berkonsultasi dengan dokter ketika kamu merasa GERD yang terjadi semakin menunjukkan keparahan.
Izin promo ya Admin^^
BalasHapusBosan gak tau mau ngapain, ayo buruan gabung dengan kami
minimal deposit dan withdraw nya hanya 15 ribu rupiah ya :D
Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa
- Telkomsel
- XL axiata
- OVO
- DANA
segera DAFTAR di WWW.AJOKARTU.COMPANY ....:)