Bicara Gizi bersama Danone
Bicara Gizi bersama Danone, Upaya Pentingnya Pencegahan
Malnutrisi untuk Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan
Harapan semua orang tua pastinya melahirkan anak yang sehat dan lengkap
anggota tubuhnya. Namun sebagian orang tua mungkin tidak mengetahui atau
menyadari, bahwa Penyakit Jantung Bawaan atau PJB bisa terjadi sejak dalam
kandungan. Bahkan malnutrisi pada masa 1000 hari prtama kehidupan janin ( dalam
masa kandungan sampai anak berusia dua tahun ).
Kondisi medis seperti Penyakit Jantung Bawaan pada anak ini dapat
mempersulit pemenuhan nutrisi yang diperlukan sehingga apabila tidak ditangani
dengan tepat, dapat berujung pada kondisi kekurangan nutrisi. Sebagai memperingati
Hari Jantung Nasional, Nutricia-SariHusada sebagai bagian bagian dari Danone
Specialized Nutrition mengadakan acara Bicara Gizi.
Pada 19 Oktober 2019, saya berkesempatan untuk hadir dalam acara yang
diadakan di Savana Hotel and Convetion Malang dengan tema Pentingnya Pencegahan
Malnutrisi untuk Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan. Dalam acara Bicara Gizi
menghadirkan dua pembicara yang ahli dibidangnya yaitu dr. Dyahris Koentartiwi,
SpA(K) selaku dokter anak sekaligus konsultan kardiologi anak dan dr. Anik
Puryanti, SpA(K) selaku Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik Anak. selain
itu hadir pula Komunitas Pejuang Jantung, Blogger dan media cetak di Malang.
Cerita Pengalaman Orang Tua dari Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan
Acara dibuka oleh MC yang berbaju ungu dengan pertanyaan pada peserta
yang paling jauh dan game seru menirukan sebuah kalimat yang harus dibaca
dengan cepat. Hasilnya? Ada peserta yang lolos dan ada yang ngomongnya jadi
belibet. Lha gimana gak belibut, kata yang diucapkan memiliki akhiran yang sama
tapi beda kata. Kalimatnya seperti ini, “Kepala diurut, Kelapa diparut” coba
kalian yang mengucapkan dengan cepat, gimana hasilnya? Alhasil bikin semua yang
ada di ruangan jadi ketawa.
Selanjutnya MC memanggil peserta yang mana orang tua dengan anak mengalami Penyakit Jantung Bawaan
yaitu Akeyla. Ibu Mirna bercerita mengenai Akeyla yang berusia 2 tahun, Key
sapaan akrab anaknya mengalami sakit batuk yang terus menerus hingga berat
badannya menurun dan tumbuh kembangnya tidak sesuai dengan usianya. Key, belum
juga bisa duduk di usianya setahun. Satu-satunya jalan agar tumbuh kembang Key
bisa diperbaiki dengan jalan operasi. Butuh waktu untuk Ibu Mirna meyakinkan
diri denga keputusan operasi anaknya. Bersyukur, sekarang Akeyla sudah bisa
duduk pasca dioperasi.
Selain Ibu Mirna, ada juga Ibu Iis yang bercerita mengenai anaknya, Zafran.
Sempat divonis gawat janin sehingga dinyatakan meninggal dalam kandungan,
bahkan enam dokter di Surabaya menyatakan tidak memberikan harapan hidup untuk
Zafran. Namun tekat Ibu iis untuk tetap mempertahankan kandungannya sampai
akhirnya Zafran lahir di usia kandungan 7 bulan dengan berat badan 2 kg. Selama
usahanya mengobati Zafran, Ibu iis bertemu dengan dr. Dyahris dokter anak
mengambil spesiali kardiologi anak. Beliau memotivasi bahwasannya umur pasien
bukanlah dokter yang menentukan. Kini Zafran sudah berusia 4 tahun dan masih
terus menjalani perawatan.
Kisah dua anak yang menderita Penyakit Jantung Bawaan di atas membuka
mata saya bahwa di luar sana banyak anak yang sejak lahir ke dunia sudah harus
berjuang mempertahankan hidup mereka. Sayangnya masyarakat awam banyak yang belum
mengetahui penyebab, gejala, ciri-ciri dan cara penanganan Penyakit Jantung
Bawaan. Itulah sebabnya acara yang diadakan oleh Danone ini sangat penting agar
memberikan edukasi yang benar tentang PJB.
Sesuai dengan pernyataan Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, “Kami berharap
kegiatan Bicara Gizi di Kota Malang dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat serta mendorong penanganan nutrisi yang tepat bagi anak dengan
Penyakit Jantung Bawaan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.”
Lalu bagaimana cara kita melakukan deteksi dini terhadap PJB?
1. Kenali
tanda dan gejala PJB
2. Deteksi
dini bisa dilakukan dengan menggunakan Buku KIA dan aplikasi PRIMAKU
3. Kunjungi
Dokter Anak untuk skrining bila anak dengan riwayat adanya faktor resiko: premature,
orang tua atau saudara dengan PJB, infeksi TORCHS, sindrom tertentu, berat
badan sulit naik atau gejala dan tanda curiga PJB lainnya.
Adapun gejala dan tanda PJB yang harus kita ketahui antara lain:
Bayi: sesak, nafas cepat, minum terputus-putus, berkeringat banyak saat
aktivitas, kelopak mata dan kaki bengkak, infeksi saluran pernafasan berulang,
berat badan sulit naik dan sianosis atau bayi biru.
Anak yang lebih besar: anak sering jongkok dan menekuk lutut ke dada,
gejala cepat lelah bila beraktivitas, nyeri dada pada anak yang lebih besar,
adanya nyeri sendi, berdebar-debar, sering pingsan, adanya gangguan syaraf dan
gizi kurang.
Kejadian
PJB diperkirakan sekitar 8 – 10 diantara 1000 kelahiran setiap tahunnya atau
sekitar 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup. Untuk mencegah peningkatan
morbiditas dan mortalitas yang berkaitan dengan malnutrisi pada anak dengan
PJB, maka diperlukan deteksi dini dan pemberian nutrisi yang agresif. Adapun
PJB yang sering banyak diderita oleh anak adalah: Ventricural Septal Defect
(VSD), Atrial Septa Defect (ASD), Patent Ducus Arteriosus (PDA) dan Tetralogy
of Failot.
Oke, itulah sedikit sharing saya tentang event Bicara Gizi yang diadakan
oleh Danone Indonesia, semoga bermanfaat bagi kita semua.
Iya Mbak, semua orang tua pasti berharap memiliki anak yang sehat dan lengkap anggota tubuhnya.
BalasHapusIya Bun, lebih baik dideteksi sejak dini karena mencegah lebih baik dari pada mengobati.
BalasHapusPenderita memang sulit sekali untuk menerima nutrisi yang telah dikonsumsi.
BalasHapusternyata banyak ya mbak tanda-tanda dari PJB ini yang harus diwaspadai.
BalasHapusKesadaran masyarakat memang masih kurang tentang bahaya dari PJB ini, sehingga perlu diadakan sosialisasi.
BalasHapus