Pesona Kabut Dan Senja Di Omah Kayu Paralayang Gunung Banyak
Hari semakin sore saat saya dan teman-teman Malang Citizen, memutuskan untuk menuju tempat wisata Omah Kayu dan
Paralayang yang berada di Gunung Banyak. Apalagi tempatnya memang sejalur
dengan wisata Taman Kelinci, sehingga sayang untuk dilewatkan. Posisi Omah Kayu
dan Paralayang lebih ke atas lagi.
Wisata Omah Kayu ini sebenarnya sudah lama saya tahu dan dengar dari sesama
teman blogger yang memang menyukai wisata alam. Tetapi saya dan keluarga belum
ada waktu yang tepat. Beruntung kami bisa mengunjungi wisata Omah Kayu dan Paralayang rame-rame dan pastinya lebih seru. Keluar dari wisata
Taman Kelinci, kalau arah ke Omah Kayu dan Paralayang tinggal belok kanan terus
mengikuti jalan yang menanjak.
Awalnya jalanan beraspal mulus, namun makin mendekati lokasi pintu
gerbang masuk barulah berganti dengan jalanan bertanah dan kerikil. Beruntung motor
kami sudah berganti, sehingga tidak khawatir bakalan mogok di tengah perjalanan
mengingat medan jalan berliku dan berbatuan. Oh iya, tiket masuk area wisata
menuju Gunung Banyak sebesar Rp. 15.000. kami berkejaran dengan waktu, karena
salah satu area wisata keburu tutup. Begitu sampai di atas, kami langsung
memarkirkan kendaraan dan menuju Omah Kayu terlebih dahulu.
Pesona Kabut Di Omah Kayu
Jalur menuju Omah Kayu ini tergolong sempit hanya cukup dilewati untuk
satu orang. Apalagi jalanannya masih berupa tanah, licin dan bertangga menurun.
Bagi yang membawa anak kecil, sebaiknya digandeng biar lebih aman. Kamipun bergegas
menuju ke bawah, karena letah Omah Kayunya memang di antara tebing hutan pinus.
Hari pun makin sore dan berkabut, karena memang habis diguyur hujan.
Meskipun begitu, teman-teman tetap semangat menuju lokasi Omah Kayu yang
dibangun di antara pohon pinus. Begitu sampai di bawah, bukannya kecewa saya
malah excited. Pesona hutan pinus berkabut di Omah Kayu pun menakjubkan. Masya
Allah, sungguh indah dan membuat saya berdecak kagum akaan segala ciptanNya.
Saya merasa sedang berada pada sebuah negeri di atas awan. Sebuah Omah atau pondokan
yang dibangun sedemikian rupa menyatu dengan pohon pinus. Meski agak
takut-takut saya masih bisa menikmati karena banyak temannya, hanya saja saya
tak berani berfoto di ujung balkon hehe.
Sayangnya baru merasakan berfoto di satu tempat, kami sudah mendengar
suara petugas Omah Kayu, bahwa jam operasional sudah habis dan mau tutup. Jadinya
berasa belum puas mengexplorenya. Oh iya, Omah Kayu tidak sekedar asyik buat
berfoto ria, tetapi disewakan pula lho dengan tariff 250-350 ribu per malam. Cocok
sebagai tempat menginap bagi para pendaki maupun pecinta alam. Kami pun akhirnya menyudahi acara di Omah
Kayu dan keluar area, buat saya yang sambil menggendong Baby Aira lumayan
ngos-ngosan juga karena jalanan keluarnya menanjak menaikin undakan tangga.
Menikmati Senja Di
Area Paralayang Gunung Banyak
Begitu keluar area Omah Kayu, perjalanan kami berlanjut menuju lokasi
wisata Paralayang Gunung Banyak. Wisata ini sudah cukup terkenal karena saya
pernah menyaksikan siaran di televisi. Saya pun senang bisa mendapat kesempatan
mengunjungi tempat ini, karena bagi saya merupakan yang pertama kalinya.
Sama halnya dengan di Omah Kayu, di area Paralayang pun berkabut sehingga
pemandangan Kota Batu, Malang dan sekitarnya tidak terlihat. Namun hal itu tak
berlangsung lama, karena kabutnya mulai berlalu. Semakin sore, udarapun makin
dingin dan anginnya lumayan. Saya sambil menggendong Baby Aira dan ini
pengalaman pertamanya naik gunung hehe. Selain itu karena sudah kesorean, kami
gak mungkin dong bisa melihat atraksi Paralayang. Sayang banget memang, tetapi
itu tandanya kami disuruh balik lagi ke sini.
Tak hanya area landasan untuk atraksi Paralayang, juga ada spot menarik
untuk berfoto ria, hanya saja sama halnya dengan di Omah Kayu, di sini pun yang
membawa anak harap dijaga dengan baik. Meski sebagian ada pagar pembatas, tapi
yang namanya anak-anak suka dengan kebebasan dan suka berlarian ke mana-mana.
Tidak berapa lama berada di atas, Azan Magrib pun terdengar dan sebuah
pemandangan yang tak terduga pun muncul di hadapan mata. Saya pun bisa
menyaksikan senja yang menyapa kami semua yang masih berada di atas. Saya yang
menyukai momen matahari tenggelam ke peraduannya ini excited banget. Rasanya sudah lama saya tak menyaksikan dan
menikmati momen ini dengan leluasa. Bahkan menyaksikannya berada di atas
pegunungan. Puas menikmati senja, kami sempat memakan sisa bekal berupa Lapis
Malang beramai-ramai lalu bergegas turun menuju mushola yang berada di bawah.
Menurut saya, meski wisata alam Paralayang
berada di pegunungan, tetapi fasilitasnya tergolong lengkap. Selain
mushola, ada toilet yang airnya bersih dan dingin, kedai makanan yang
berjejeran dan parkir yang luas. Usai sholat Magrib, kami pun memutuskan untuk
pulang dan berpisah karena ada yang sudah pulang lebih dahulu.
Nanti kalo Duo Ai udah besar kita ke sana lagi sebab masih ada hutang belum foto berempat :D
BalasHapusTempatnya romantiiisss yaaa, adeemm kayaknyaaa, kapan ke Malang ajakin ke sini ya mama Ivon..
BalasHapushemm sangat mempesona
BalasHapuswow, asyik, bisa bawa anak juga, pemandangannya bagus yaaa
BalasHapuskalau dari Malang kota ke sana naik kendaraan umum bisa?
BalasHapusSpotnya menarik sekali ya. Jd ingin ke sana
BalasHapusAku liat pinus aja jarang, tambah liat paralayang. Mupenggg
BalasHapusWuaaa... keren banget dari omah kayuu..... bikin pengen kesana :D
BalasHapus