Bismillah....
Sejak pertengahan bulan lalu, Aiman perlahan sudah tidak
menyusu ASI lagi. Tentu saja prosesnya tidak mudah. Teringat bagaimana dulu
awal menyusui. Meski tidak menyusu ASI sejak lahir, tapi saya bersyukur bisa
memberinya ASI hingga batas usia dia tak menyusu lagi.
Kenapa tidak sejak lahir? Ya, karena minimnya pengetahuan
saya. Saking pedenya pas Aiman lahir
bakal bisa langsung menyusu di putting payudara saya. Tetapi kenyataannya, Aiman
bayi masih kesulitan ngenyot. Hanya karena penjelasan perawat yang seharusnya
tidak saya telan mentah-mentah saya terpaksa mengizinkan si perawat memberinya
sufor. Namun saya tetap sambil berusaha
menyusuinya sebisa mungkin. Dulu tidak terpikir untuk menyiapkan alat pemerah
ASI.
Begitu pulang dan sampai di rumah, suami berinisiatif
membelikannya. Aiman masih tetap minum
sufor juga. Hingga umurnya mendekati 3 bulan, saya mencoba untuk melepas
sufornya . Dengan kata lain saya hanya mengandalkan ASI saja. Alhamdulillah,
berat badan Aiman justru naik dan kenaikannya sangat mengejutkan saya.
Sejak saat itu Aiman hanya menyusu ASI itupun hanya dengan
sebelah payudara karena yang sebelah Aiman kesulitan akibat puting kecil. Dan
ketika waktu menyapih itu tiba, cerita penuh drama membersamai prosesnya. Meski
sudah saya sounding sejak umur 1,5 tahun. Namun frekuensi menyusu Aiman makin getol saja. Saya pun tetap santai
memberikan ASI dan juga susu UHT sebagai pendampingnya, bukanlah sufor. Sampai umurnya 2 tahun, Aim masih saja getol
menyusu. Sempat bingung juga bagaimana cara menyapihnya nanti. Sementara
keluarga suami sudah memberi saran untuk disuwuk alias jampi-jampi ala orang
tua zaman dulu. Tetapi saya menolaknya dengan halus. Bagaimanapun sejak awal
saya sudah bertekad untuk menyapih Aiman dengan metode WWL ( Weaning with Love
) maka saya mengabaikan usulan itu.
Saya terus sounding Aiman kalau sudah besar tidak menyusu
saya lagi. Hingga usianya mendekati 2,5 tahun drama-drama penyapihan makin
terjadi. Intensitas menyusu Aim pun perlahan berkurang. Sehari biasanya lebih
dari tiga kali, kini hanya sekali atau mau tidur siang dan tidur malam. Suatu hari Aiman minta menyusu namun saya
semangat sounding, dia sempat ngambek dan menangis sampai lupa menyusu lagi. Di
satu sisi saya kasihan namun di sisi lain, kapan lagi saya bisa belajar
menyapihnya.
Sampai suatu hari seorang teman menyindir saya secara halus,
bahwasannya saya tidak niat menyapih. Tentu saja ucapan itu sempat mengusik
pikiran saya. Sejak itu saya makin bertekad untuk menyapih Aiman, beragam
sounding positif saya lakukan. Saya
sampaikan padanya begini;
“ Aim mau menyusu, Nak?” Aiman memandang saya sambil
tersenyum.
“ Susu nya kan bat adik, Aiman sudah besar minumnya susu
kotak/UHT ya..”
“Iya..” jawabnya lirih sambil berlari ke dapur ambil susu
kotak.
Terus begitu sampai Aiman benar-benar tidak lagi meminta
susu pada saya. Tiap saya coba tawari dia tidak mau, menjawabnya persis dengan
sounding yang saya lakukan. Untuk itulah saya memberi reward Aiman dengan
perjalanan travelling selama seminggu dengan papanya. Terutama misi saya
mengajak Aiman supaya bisa menikmati naik kereta api. Selama ini semua alat
transportasi nyaris sudah dicobanya kecuali kereta api dan pesawat.
Alhamdulillah, selama travelling Aiman Nampak senang dan
bahagia. Apalagi pas travelling sempat bertemu dengan anak teman saya yang
usianya lebih muda dari Aiman tetapi dia enjoy bermain-main. Reward tidak harus yang mahal ataupun banyak
membelikan mainan mewah. Tetapi dengan perjalanan dan bertemu orang-orang baru
akan melatih dia bersosial.
Selamat buat Aiman yang sudah berhasil melalui proses penyapihan, Papa bangga sama kamu Nak.
BalasHapusSemoga selalu sehat dan kita diberi rezeki untuk bisa travelling lagi nanti, aamiin.
Alhamdulillah, terima kasih juga papa kerjasamanya. Aamiin, mumpung belum punya adik yak hihihih
Hapuswah...
BalasHapusharus tega ya
saladin kalo ngambek pake acara nangis gulung2 tantrum..hiks
Iya, Aiman awalnya juga gitu. tapi ntar lama-lama udah gak. Asal kita kudu pintar2 mengalihkannya.
HapusWith love-nya kalau sudah di ending. beneran, dia bakal gak mau dan bilang susu mama buat adik, kalau soundingnya begitu atau minum susu kotak/uht aja :)
saya juga kecewa dengan sikap rekan-rekan yang belum seluruhnya bisa memahami pro ASI.
BalasHapusalhamdulillah beberapa sudah mulai pro meski perjuangannya berat karena sop yang sudah mengakar sulit dilawan.
senang bisa kenalan sama mas Aim. selamat lulus WWL :)
thanks infonya Metode WWL
BalasHapus