Perempuan dan Ragam Kehidupan
Judul Buku : Rindu Rumpun Ilalang
Penulis : Nailiya Nikmah JKF
Cetakan : Pertama, Juli 2010
Penerbit : Komunitas Sastra Indonesia (KSI)
Banjarmasin
Tebal
Buku : v + 94 Halaman
Berbicara
mengenai perempuan, apa yang ada di benak kita? Sosok yang lemah lembut,
ringkih dan berkutat dengan kehidupannya di rumah. Namun dengan membaca
kumpulan cerpen Nailiya. Kita dapat menemukan ragam kehidupan seorang
perempuan. Beragam cerita disajikan dengan penokohan yang baik dan ending penuh
kejutan.
Sosok
perempuan yang lemah mampu berjuang demi kehidupan yang dijalani. Memiliki
ketegaran hidup yang lebih dibandingkan dengan lelaki. Tak ayal sosok perempuan
dulu dan kin tak bisa dipandang sebelah mata. Sepertihalnya sebuah ungkapan,
dibalik lelaki hebat, ada peran serta di belakangnya.
Dalam
cerpen-cerpen Nailiya, sosok perempuan tak hanya menjadi tokoh yang melengkapi
sebuah cerita. Namun menjadi topik utama dalam cerita itu sendiri. Seperti yang
ditulis Nailiya dalam cerpen Sanah.
Sanah
mengenal dekat dengan Sabri semasa SMA. Selepas lulus harapan Sabri bisa
mengajak Sanah melanjutkan kuliah. Namun Sanah menolak usulan Sabri karena
memiliki banyak adak yang masih kecil-kecil dan butuh sekolah pula. Sabri
sempat kecewa dan berbuntut pada hubungan kedekatannya dengan Sanah. Sabri
tetap pergi ke Malang melanjutkan kuliah sambil membawa rasa kecewanya pada
Sanah.
Selama
menimba ilmu di bangku kuliah, Sabri fokus pada pendidikannya hingga tak
terbersit untuk mengenal perempuan lain menggantikan posisi Sanah di hatinya.
Dia pernah berjanji akan kembali dan meneruskan kembali hubungan mereka yang
sempat terputus karena kepergian Sabri untuk kuliah ke Malang.
Sampai
kepulangannya ke kampung halamannya hendak menyampaikan sebuah biodata calon
istrinya yang bernama Nurhasanah, yang mengingatkan Sabri pada sanah-nya dulu.
Sedangkan kehidupan Sanah selepas kepergian Sabri kuliah, ia menikah dengan
lelaki bernama Jani. Harapan Sanah untuk hidup bahagia, hanya sebatas
harapannya saja. Ternyata Jani telah meemiliki istri dan anak. Kehidupan Sanah
sempat terpuruk.
Sabri
mendengar cerita itu dari ibunya dan bermaksud hendak menemui Sanah, berharap
masih memiliki harapan kembali bersama Sanah, tapi semua terlambat, justrsu di
kepulangan Sabri. Besoknya Sanah akan melangsungkan pernikahan dengan lelaki
lain.
Selain
cerita itu Nailiya berhasil mengangkat tema-tema sederhana namun bisa menjadi
sebuah cerita menarik dengan ending yang tak terduga. Cerita tersebut tertuang
dalam cerpen Episode Durian.
Cerita
yang menuturkan seorang suami, Aman yang sangat menyukai durian. Tetapi si
istri, Wardani yang biasa dipanggil Iwar tidak menyukai buah ini. Suatu hari
Aman meminta Iwar menemaninya makan durian di dapur, tapi Iwar menolak. Aman
sempat merasa kesal dengan sikap Iwar, bahkan untuk membukakan buah durian saja
menolak. Hingga akhirnya Iwar terpaksa memakan ebiji durian untuk menyenangkan
hati suaminya. Namun hal itu justru jadi bumerang buat Aman lantaran Iwar jadi
muntah-muntah di kamar mandi.
Selepas
itu Iwar mengemasi beberapa baju dan
berpamitan pada Aman ke rumah orang tuanya untuk menemani Mama karena
ditinggal suami dan anaknya ke Jakarta. Selain alasan itu, agar Aman bisa bebas
makan durian tanpa terganggu oleh Iwar.
Namun
naas, saat dalam perjalanan ke rumah orang tuanya, angkot yang ditumpangi Iwar
mengalami kecelakaan. Sejak setahun kematian Iwar, kini Aman tak lagi makan
durian.
Keberadaan
nailiya sebagai penulis perempuan di Kalimantan, terutama Kalimantan Selatan
bisa jadi pionir para penulis perempuan untuk mengemukankan pemikiran ataupun
ide-ide dalam sebuah cerita. Tak hanya seputar kisah perempuan dalam rumah
tangga, namun mampu merekam jejak rasa kemanusiaan, terutama mengenai masalah
kemiskinan dan pengemis yang kini marak di salahgunakan. Dan Nailiya berhasil
merekamnya dalan cerpen Sang Pemberi. Menyadarkan kita akan keberadaan pengemis
yang pada kenyataannya bukan hanya sekedar sosok peminta-minta yang terkesan
miskin. Namun dibalik semua itu ternyata sosok pengemis menjadi semacam kedok.
Peranan
perempuan dalam hidup ini tak lengkap rasanya bila tak bersinggungan dengan
dunia pendidikan. Bukankah perempuan yang menjadi ibu adalah guru pertama bagi
anak-anaknya? Sosok perempuan yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dengan
menyandang gelar guru, sanggup memberi makna dalam hidupnya. Seperti dalam
cerita cerpen berjudul Buku Ini Aku Pinjam.
Seorang
siswa yang rajin meminjam buku di perpustakaan menjadi kekutan dalam cerita
ini. Di sekolahnya diadakan semacam penghargaan bagi siswa ang rajin meminjam
dan membaca buku. Hamdani, siswa tersebut ang sering meminjam buku di
perpustakaan. Sehingga keuarlah ia sebagai siswa yang berhak menerima
penghargaan dari sekolahnya. Bu Nurul, seorang guru yang biasa meminjamkan buku
pada Hamdani berencana hendak berkunjung ke rumahnya. Ingin tahu kehidupan
siswanya yang berhasil meraih penghargaan buku dan rasa janggal yang sempat
hadir di benaknya lantaran hamdai pernah meminjam buku mengenai kecantikan.
Namun
sungguh diluar dugaan Bu Nurul medapati kenyataan yang sebenarnya. Buku-buku
yang selama ini dipinjam Hamdani bukan hanya dia saja yang membaca. Melainkan
dipinjamkan pula bagi teman-teman dan tetangganya di kampung. Antara menahan rasa
marah, kecewa sekaligus bangga, Bu Nurul berusaha memahami tindakan Hamdani
yang hendak membantu meminjamkan buku untuk bahan bacaan di kampungnya.
Kita
tak bisa menutup mata begitu saja peranan perempuan dalam dunia pendidikan.
Selain kisah tadi Nailiya masih merekam jejak perempuan yang berhasil
mengantarkan muridnya semasa SMP menjadi seorang penulis yang memiliki nama
pena yang sempat menjadi perdebatan di sebuah koran. Cerita tersebut dituliskan
dalam cerpen berjudul Flamboyan Jingga.
Tak
hanya perempuan melulu yang menjadi tokoh dalam cerpen-cerpen Nailiya. Dia
berhasil menokohkan sosok lelaki yang memiliki karakter unik dari kebanyakan
lelaki. Seorang sumi yang begitu maniak pada acara berbau undian-undian. Hingga
menikah pun, modal yang digunakannya berasal dari hadiah undia yang diikutnya
di televisi. Semua dituturkan dalam cerpen Suami Undian dengan bahasa yang
lugas.
Lain
halnya dengan cerita ini, nailiya menuliskan sosok perempuan dengan penokohan
dan karater yang tidak biasa. Namun tidak menutup kemungkinan kisah seperti ini
benar terjadi di kehidupan nyata. Bukan sekedar cerita yang tertuang dalam
tulisan sastra.
Cerita
ini bisa dibaca dalam cerpen berjudul Bunga-Bunga Kaca. Seorang suami yang
ditinggal istrinya bekerja di luar negeri. Marni ingin memeiliki kehidupan yang
lebih baik dengan keputusannya bekerja menjadi TKW. Elain itu ia berharap bisa
membahagiakan anaknya, Aliya hingga dewasa nantinya. Aliya yang masih menyusu
dan butuh figur ibu pun sering menangis dan menanyakan keberadaan ibunya hingga
Aliya jatuh sakit. Ridwan, suaminya pun memutuskan untuk menikah lagi dengan
Dian kemudian mereka dikaruniai anak lelaki bernama Abdurrozak.
Tiba
waktunya marni pulang dan hendak berkumpul kembali dengan suami dan anaknya,
Aliya. Sehingga posisi Dian menjadi serba salah. Ia pun merasakan bagaimana
kehilangan suami dan anak, seperti halnya Marni dulu. Untuk itulah Dian
memutuskan pergi dari kehidupan mereka, lantaran pernikahanya dengan Ridwan pun
dulu atas permintaan Marni.
Nailiya
tak hanya berbicara mengenai penderitaan, namun mampu menuliskan sebuah
kerinduan perempuan yang tertuang dalam Rindu Rumpun Ilalang dengan setting
daerah Tabukan dan mampu mengajak pembaca bagaimana rasanya merindukan kampung
halaman dengan segala kenangan di dalamnya.
Selain
itu Nailiya berhasil menyuguhkan cerpen dengan tema dan setting daerahnya,
Kalimantan Selatan. Menilik dari latar belakang pendidikannya, Nailiya berhasil
menuliskan cerpen-cerpennya dengan gaya bahasa yang mudah dipahami pembaca dan
serta mencantumkan beberapa bahasa daerah dalam cerpennya.
Dengan
membaca cerpen Nailiya, kita serasa diajak menyelami keberagaman kehidupan yang
dialami perempuan melalui tokoh-tokoh yang dituliskannya. Dan buku ini pun
layak untuk dibaca para lelaki.
0 comments: